Daulah Islam

Innalhamdalillah nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh. Wa na’udzubillahiminsyururi anfusina wa min sayyiaati ‘amalina. Mayyahdihillah fala mudillalah. Wa mayyudlil fala hadiyallah. Wa Asyhadu alla ilaaha illalloh wahdahu la syarikalah. Wa Asyhadu Anna muhammadan abduhu wa rosuluh. Shollollohu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa ashabihi wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin wa sallam taslima. Amma ba’du.

Tidak ada Khalifah dari Ahlul Bait sampai hari kiamat kecuali Imam Mahdi
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Al Bidayah Wan Nihayah juz 11/398 menyebutkan :
“Dan di antara yang menjadi dalil bahwa mereka (Khilafah Daulah Fathimiyyah) adalah orang-orang yang memberikan pengakuan dusta (bahwa mereka adalah Ahlul Bait), sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang terhormat itu dan para imam yang utama, dan bahwasanya mereka (Daulah Fathimiyyah) tidak memiliki hubungan nasab sama sekali dengan Ali bin Abi Thalib juga kepada Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pengakuan mereka. Adalah ucapan sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma kepada Al Husain bin Ali bin Abi Thalib ketika akan berangkat ke Iraq, yaitu saat para penduduk kota Kuffah mengirimkan utusan kepada beliau dan berjanji akan memberikan bai’at kepadanya.
Ibnu Umar berkata : “Janganlah engkau pergi ke sana karena sesungguhnya aku takut engkau akan terbunuh, dan sesungguhnya kakekmu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) telah diminta oleh Allah untuk memilih dunia atau akhirat, dan beliau memilih akhirat dibandingkan dunia. Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu”.
Ibnu Katsir kemudian menjelaskan : “Kalimat yang berkedudukan Hasan Shahih, yang tertuju pada kepada masalah ini dan sangat masuk akal, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia ini menunjukkan bahwa : Tidak akan ada khalifah dari ahlul bait kecuali Muhammad bin Abdullah al Mahdi (imam mahdi) yang akan diangkat di akhir zaman bersama dengan turunnya Nabi Isa Ibnu Maryam. hal ini karena demi menjaga agar ahlul bait tidak terpedaya dengan dunia dan agar tidak mengotori kemuliaan mereka.(Al Bidayah Wan Nihayah Juz 11/398)

Berdasarkan atsar hasan shahih ini dan berbagai komentar ahli nasab terhadap keluarga Al Badry (keluarga Abu Bakar Al-Baghdadi), tidak sedikit yang mengatakan bahwa nasab Al Badry bukanlah Ahlul Bait. Namun demikian jika memang benar bahwa nasab Al Badry di mana Syaikh Abu Bakar Al Baghdady dilahirkan merupakan Ahlul Bait maka kemungkinannya adalah :

Pertama :Berdasarkan Atsar Ibnu Umar ini..”Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu“, maka Tidak mungkin Abu Bakar Al-akan Baghdadi mendapatkannya sebagaimana Al-Husain bin Ali bin Abi thalib terbunuh, jika memang benar ia dari ahlul bait.
Kedua, Abu Bakar al Baghdady jika ia mengaku sebagai Ahlul Bait maka dia semestinya tahu akan hadits yang mulia ini. Artinya jika ia memang doktor yang tahu ilmu syariah dan zuhud serta waro’, dia tidak akan menjadi khalifah. Karena khalifah dari Ahlul Bait hanya seorang saja yang bernama Muhammad bin Abdullah.ini sangat jelas bagi orang-orang yang lurus akalnya.
Ketiga, jika ia menganggap ada khalifah sebelum al Mahdi berdasar beberapa hadits maka ketahuilah bahwa dari keumuman makna hadits di atas maka tetap saja ia tidak berhak menjadi khalifah karena pesan datuknya, Rasulullah saw. Jadi sudah Jelas al-Baghdadi ini seorang ambisius dan orang yang menantang sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nanti kami akan jelaskan bahwa lafaz khalifah pada beberapa hadits bukanlah menuntut makna sebagai khalifah secara istilahi/terminologi, namun yang dimaksud adalah secara bahasa saja, dengan arti pemimpin. Bahkan dari hadits yang lain akan terlihat bahwa yang dimaksud adalah khalifah kerajaan/daulah saudi Arabia dengan khalifah (rajanya) bernama raja Abdullah, insya Allah, Wallahu a’lam. Ini salah satu mu’jizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berarti jika al-Baghdadi mendapat kekhalifahan itu, maka ia adalah;
  1. Abu bakar al-Baghdadi bukan dari Ahlul Bait. Ini logikanya.
  2. Jelas ia adalah pendusta dengan pengakuannya sebagaimana yang telah di ungkap oleh ahli nasab yang jujur tentang nasab al-Baghdadi. Sungguh hadits di atas adalah mukjizat. Semua ahlul bait setelah cucu rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, Hasan Radhiyallahu anhu tidak akan mampu mendapatkan kekuasaan khilafah, dan menjadi khalifah sampai hari kiamat kecuali telah ditetapkan oleh Allah yaitu Al-Mahdi. Ini adalah pemahaman yang “tajam” dari sahabat agung Ibnu Umar tentang hadits yang mulia ini. Adapun Ali bin Abi Thalib kenapa bisa jadi khalifah, adalah semata karena ketetapan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, dan termasuk pengecualian dari Ahlul Bait di awal zaman Islam.. ‘alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaurrasyidin al-mahdiyin. Demikian juga Hasan Ra, telah disebutkan Nabi saw bahwa kelak ia akan menyatukan kaum muslimin, dan ia sendiri mengalah dalam masalah kekuasaan ini, dengan memberikannya kepada mu’awiyah bin abu sofyan Ra., sama seperti pengecualian ahlul bait di akhir zaman yang akan jadi khalifah ala minhaji nubuwah, Muhammad bin Abdillah.
  3. Dia, Al-Baghdadi termasuk golongan juhala, bodoh; bagaimana mungkin seorang yang diakui doktor dalam ilmu syariah koq tidak mengerti hadits yang mulia ini, sungguh keterlaluan.
  4. Dia seorang yang sangat berambisius menginginkan jabatan dunia, khilafah, menyimpang dari jalannya Rasulullah dan Ahlul bait yang telah memilih akhirat dari pada dunia. Apakah pengikutnya yang telah membaiatnya juga tidak tahu hadits ini? Itulah yang dikatakan nabi …akalnya lemah alias jahil.”Sungguh hari-hari ini sama dengan hari-hari kemarin” sejarah berulang kembali.
  5. Bahkan ia adalah gembongnya khawarij abad ini. Tidak disangsikan lagi.
  6. Jika ia memaksakan diri mengaku khalifah maka ia secara otomatis menjadikan dirinya sebagai imam Mahdi. Padahal mafhum mukholafahnya dari hadits ini, khilafah ala minhaji nubuwwah di akhir zaman hanya satu.
Ibnu Umar yang diriwayatkan Ibnu Kathir: berkata:

لا يلي الخلافة أحد من أهل البيت إلا محمد بن عبد الله المهدي الذي يكون في آخر الزمان عند نزول عيسى بن مريم.
Artinya: Tidak akan datang khilafah seorangpun dari “Ahlul Bait” kecuali Muhammad bin Abdillah Al-Mahdi yang akan ada pada akhir zaman ketika turunnya Isa putra Maryam.
[Al Bidaayah wan Nihaayah Juz 11 Hal 39]

Dalil lainnya yang lebih rinci.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekumpulan pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sesudah aku mati, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memuaskan dengan kezaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es ‘. ” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)
As-Sindi berkata:
“Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh kerana itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadis ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi). ” Ibnu Katsir Rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari Timur menyokong (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengukuhkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang mempunyai kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamakan Al-Iqab.”(An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah).
Beliau juga berkata: “Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah Timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (Idem, 1/17) Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827 , Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)

Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku, adalah menunjukkan bahwa mereka tidak menginginkan khilafah, padahal mereka mampu jika mau, karena kekuasaan telah ada ditangan mereka!; Karena mereka tahu bahwa yang berhak atas khilafah tersebut adalah al-Mahdi. Maka ketika mereka mendengar al-mahdi muncul, maka mereka segera bergegas menuju Mekkah dan membaiatnya, mengokohkan kekuasaan al-Mahdi.
Namun yang kita lihat dari sejarah daulah Al-Baghdadi/Daisy, adalah bahwa mereka menginginkan khilafah tersebut setelah mengkhianati al-Qaida dan pimpinannya, serta memaksa memproklamirkan khilafah tersebut keseluruh dunia. Jadi mereka bukanlah pasukan bendera hitam yang dimaksud oleh hadits ini.
Seandainya pasukan panji hitam asli tentulah mereka bukan khalifah/khilafah, tapi mereka pasukan yang tahu diri walaupun mereka punya kekuasaan , namun mereka tahu bahwa al-Mahdi telah muncul sehingga khilafah ini adalah hak dari ahlul bait, bukan pada yang lainnya. Tapi mereka adalah pasukan bendera hitam palsu yang muncul sebelum pasukan Al-Mahdi sejati, sebagai suatu ujian Allah untuk kaum mukmin dan mujahidinnya (telah kami jelaskan hadits tentang ISIS ini).
Tinggallah satu pesoalan lagi; Ada sekelompok manusia yang berpendapat bahwa ada khilafah atau khalifah sebelum Al-Mahdi. Ini dalil bagi segolongan dari mereka yang mendukung kekhilafahan Abu Bakar Al-Baghdadi. Insya Allah kami akan membantah syubhat ini, bahwa khilafah akhir zaman hanya satu, tidak berbilang.Tiada khilafah di akhir zaman setelah zaman mulkan Jabriyah kecuali khilafah Al-Mahdi. Tidak ada selainnya. Di bawah ini kami sertakan dalil dari golongan yang berpendapat bahwa sebelum khilafah al-Mahdi ada khilafah lainnya. Kemudian kami muatkan beserta dalil-dalil tersebut penjelasan dan bantahannya. Insya Allah.
Catatan :
Kebanyakan para komentator tulisan kami tidak memberi tanggapan dengan ilmu, kecuali hanya sumpah serapah. Oleh karena itu kami memang sengaja tidak mengutip ulama yang memberikan keterangan tentang manhaj ilmu dalam memakai hadits dhaif di perkara seperti ini. Padahal yang kami utarakan setelah mengutip hadits dhoif tersebut adalah diiringi dengan komentar ulama; Hanya saja kami sembunyikan siapa sosok alim tersebut. Tujuannya:
  1. Membuktikan bahwa memang ciri khas kaum khawarij di setiap masa adalah ‘cekak’ dalam ilmu syariah, terutama dalam pengambilan dalil dan seluk beluknya
  2. Mereka tidak melihat keseluruhan apa yang kami kutip dari hadits-hadits dalam tulisan kami yang menunjukkan tentang ciri-ciri khawarij di masa moderen ini yang sudah terang. Maka mereka kemudian mengalihkan kebenaran hadits-hadits sahih yang menelanjangi jati diri khilafah al-Baghdadi dengan mempermasalahkan status hadits yang membuka kedok mereka dan bersumpah serapah mencaci Arrahmah.com, dan kami, Inilah ‘Caracter Assasination’.
Ketahuilah bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, di dalam Majmu’fatawa nya, mengutip perkataan Imam Ahmad bin Hambal bahwa sanad/isnad tidak diperketat dalam tiga hal:
  1. Maghozi (Sejarah Peperangan dimasa lalu)
  2. Tafsir (pendapat tentang tafsir ayat berdasarkan hadits dhaif)
  3. Malahim (Peperangan di akhir zaman)
Silahkan antum cari dihalaman berapa keterangan syaikh Ibnu Taimiah ini.
“Jadi inilah manhaj ulama, manhaj Ahlussunnah dalam perkara pemakaian hadits dhoif dimasalah ini. Demikian juga pendapat yang kami kutip di bawah ini adalah manhaj ulama. Hanya saja orang-orang itu tidak mengerti tentang kebenaran ini, karena fikiran dan hati mereka sudah kepalang fanatik buta dengan kelompoknya.
Adapun hadits dhoif, maka ia bukanlah hadits palsu; Tidak sama derajat di antara keduanya. Hadits Dhoif, menurut sebagian ulama, bisa juga dipakai dalam fadhoilul ‘amal dengan catatan tertentu, disamping dalam tiga hal di atas. Jadi perkataan Nabi tentang orang yang meriwayatkan hadits palsu akan masuk neraka tidak terkait dengan tema yang sedang kita bahas karena hadits yang kita bahas adalah berstatus hadits dhoif bukan maudu. Kami ulangi lagi dibawah ini kutipan dalam pemakaian hadits dhoif dalam melihat al-malahim/ fitnah-fitnah di akhir zaman. Inilah Manhaj ilmu dalam masalah ini:

“Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah…Tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya Maka sanad seperti ini dalam data-data sejarah dan berita masa akan datang bisa dianggap tergolong shahih…Shahih itu bertingkat-tingkat, dari Hasan dengan bantuan pendukung dari luar hingga Mutawatir. Ia tidak hanya satu tingkat saja. Karenanya banyak ucapan Ahli Hadis: “Hadis ini shahih insyaallah… Hasan insyaallah…”.
Mengapa demikian?
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadis dan atsar itu bersifat dzanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadis shahih insyaallah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadis seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadis-hadis riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih insyaallah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadis riwayat Abu al Hubab shahih insyaallah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab Majma’ az Zawaid, 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadis riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadis shahih insya Allah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi, 3/153: “Dan kedua hadis ini shahih insyaallah.”
Dan menurut al Albani redaksi itu datang sebanyak sepuluh kali. Hal ini wajar. (dikutip dari keterangan dari seorang ‘Alim Saudi Arabia bermahzab Maliki).

(Oleh: Abu Rabbani Abdullah,SS Lihat Khilafah)

Pasukan panji hitam Al-Baghdadi kelompok yang disebut oleh Ali bin Abi Thalib

Nash atsar itu terdapat dalam kitab al Fitan karangan Nu’aim bin Hammad sebagai berikut:

النص في كتاب الفتن لنعيم بن حماد: [حدثنا الوليد ورشدين عن ابن لهيعة عن أبي قبيل عن أبي رومان عن علي بن أبي طالب رضى الله عنه قال: إذا رأيتم الرايات السود فالزموا الأرض فلا تحركوا ايديكم ولا أرجلكم، ثم يظهر قوم ضعفاء لا يؤبه لهم، قلوبهم كزبر الحديد، هم أصحاب الدولة، لا يفون بعهد ولا ميثاق، يدعون إلى الحق وليسوا من أهله، أسماؤهم الكنى ونسبتهم القرى، وشعورهم مرخاة كشعور النساء، حتى يختلفوا فيما بينهم، ثم يؤتي الله الحق من يشاء]
Al Walid dan Rusydin mengabarkan kepada kami dari Ibnu Luhai’ah (Lahi’ah) dari Abu Qabil dari Abu Ruman dari Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata: “Jika kamu menyaksikan bendera-bendera hitam maka tetaplah di tanah dan jangan menggerakkan tangan-tangan dan kaki-kaki kamu. Kemudian akan muncul satu kaum yang lemah tidak dihiraukan (rendahan), hati mereka bagaikan batangan baja (kaku-keras). Mereka adalah pemilik daulah (negara/kekuasaan), mereka tidak setia kepada perjanjian dan kesepakatan, mereka mengajak kepada al haq tetapi mereka bukan ahlinya (yang berpegang teguh kepadanya). Nama-nama mereka menggunakan abu … abu …, nisbat mereka kepada desa-desa. Rambut mereka terjulur bagaikan rambut para wanita.Setelah itu mereka berselisih di antara sesama mereka sendiri, kemudian Allah menyerahkan al haq/kekuasaan-Nya kepada siapa yang Ia kehendaki.”

Perawi dalam sanad:
1). Nu’aim bin Hammad al Khuza’i, penulis kitab. Beliau salah satu guru besar al Bukhari, walaupun masih diperselisihkan kualitasnya.
Dan kedua gurunya yaitu:
2). Al Walid bin Muslim dan 3) Rusyaid.
Al Walid bin Muslim seorang ulama penduduk Syam. Melakukan tindakan Tadlis taswiyah (memanipulasi dalam meriwayatkan hadis) hanya saja riwayatnya didukung oleh riwayat Rusyaid bin Sa’ad. Dan ia (Rusyaid) dha’if/lemah dalam periwayatan hanya saja dukungannya dapat diterima sesuai dengan syarat yang ditetapkan Ahli Hadis.
4). Guru keduanya yaitu Ibnu Luhai’ah.
Ia seorang Qadhi/Jaksa dan ahli fiqih negeri Mesir. Ia juga masih diperselisihkan, hanya saja hadisnya terdapat di kitab-kitab Sunan (kitab Hadis).
5) Guru Ibnu Luhai’ah yaitu Abu Qabil al Ma’afiri.
Ia seorang Tabi’in yang senior. Ia tsiqah/jujur terpercaya dan alim tentang peristiwa-peristiwa peperangan.
6) Abu Ruman yang meriwayatkan langsung dari Imam Ali.
Ia sepertinya tidak dikenal, hanya saja riwayatnya dari Abu Qabil darinya sedangkan ia itu dikenal banyak mengetahui riwayat tentang malahim (kejadian-kejadian masa akan datang) menguatkan statusnya. …
Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah, tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya Maka sanad seperti ini dalam data-data sejarah dan berita masa akan datang bisa dianggap tergolong shahih…Shahih itu bertingkat-tingkat, dari Hasan dengan bantuan pendukung dari luar hingga Mutawatir.Ia tidak hanya satu tingkat saja. Karenanya banyak ucapan Ahli Hadis: “Hadis ini shahih insyaallah… Hasan insya Allah…”.
Mengapa demikian?
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadis dan atsar itu bersifat dzanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadis shahih insyaallah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadis seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadis-hadis riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih insyaallah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadis riwayat Abu al Hubab shahih insyaallah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab Majma’ az Zawaid, 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadis riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadis shahih insya Allah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi, 3/153: “Dan kedua hadis ini shahih insyaallah.”
Dan menurut al Albani redaksi itu datang sebanyak sepuluh kali.Hal ini wajar.

Kembali Kepada Hadis/Atsar Dari Imam Ali
Hadis dari Imam Ali tentang pensifatan ISIS tampak bahwa ia shahih, insya Allah karena fakta-fakta Isis bersesuaian sekali dengan redaksi atau matan hadits.. Dan ketika dikatakan hadis Ali tentang pemilik kekuasaan/negara itu shahih, maka itu bisa saja terjadi karena:
  1. Seperti berulang kali dikatakan bahwa mayoritas hadis berada dalam ranah zhan dan keraguan serta tarjih (pengunggulan).
  2. Jika hadits ini membicarakan fitnah atau malahim (peperangan) di akhir zaman, yang tidak berkaitan dengan aqidah dan hukum namun ia dikatakan dha’if secara sanad, sedangkan matan/isinya sahih karena bersesuaian dengan fakta sejarah, maka hadits tersebut menjadi maqbul, diterima.
  3. Dan terbukti secara meyakinkan bahwa 8 ciri khawarij zaman kini ada berkumpul pada ISIS/daulah Al-Baghdadi, tidak pada kelompok-kelompok lainnya.Wallahu a’lam
Kembali kepada hadits ISIS dan redaksi:
(1)Mereka orang-orang yang diabaikan/tidak dihargai. Kondisi ini sesuai kenyataan. Tidak ada yang menghiraukan mereka sehingga mereka menduduki separoh Irak dan mengalahkan pemberontak Suriah.
(2)Hati-hati mereka bagaikan batangan baja… Ini juga nyata. Kekakuan hati mereka adalah kenyataan yang disepakati.
Kemudian redaksi kunci dalam hadis itu:
(3)Mereka pemilik negera (daulah). Ini adalah kata kunci. Ia rahasia. Ia mukjizat. Ini juga terealisasi pada mereka, tidaklah mungkin dibuat-buat secara palsu oleh seorang pun sebelum 1200 tahun yang lalu.
(4)Mereka tidak menepati janji dan kesepakatanIni juga sesuatu yang pasti pada mereka. Baca kesaksian mujahid Jazrawi dll. Tentang sepak terjang dan perilaku daulah Al-Baghdadi ini. Ia memiliki kajian terinci tentang kisah-kisah ingkar janji dan pembatalan kesepakatan sepihak mereka, bagaimana mereka menghabisi nyawa delegasi pihak lain dan juga para tamu. Memang sangat mengherankan sekali!
(5)Mereka mengajak kepada al haq sedangkan mereka bukan ahlinya. Ini juga terwujud pada mereka. Karena itu mereka menipu banyak orang sehingga mereka dianggap pemegang teguh agama. Pengenalan tentang sejatinya mereka sangat rapuh, karena manusia hanya mengikuti bayang-bayang mereka belaka.
(6)Nama-nama yang mereka pakai adalah kun-yah (dengan nama depan abu atau ummu) dan nisbah mereka mengguanakan desa. Abu Fulan al Baghdadi, atau fulan as Syisyani, Abu Fulan al Libi. Ini juga terwujud pada mereka bukan hanya pada segelintir mereka saja.
(7)Rambut-rambut mereka terjulur seperti rambut para wanita... Ini juga aneh sekali. Ini membuktikan bahwa para sahabat dan Tabi’in tidak mengunakan gaya rambut seperti itu. Panjang rambut mereka sedang-sedang saja, tersisir rapi seperti para bangsawan.
(8)Setelah itu mereka berselisih di antara sesama mereka sendiri, kemudian Allah menyerahkan al haq/kekuasaan-Nya kepada siapa yang Ia kehendaki.”Kami mendengar dari ikhwan mujahid yang tsiqoh di syam bahwa khalifah al-baghdadi palsu itu telah dilengserkan oleh dewan imamah mereka sendiri, sementra syekh al-Adnani yang gemar mengajak bermubahalah telah tewas diserang oleh Amerika. Juga kabar dari ikhwan mujahidin syam bahwa telah terjadi perpecahan di tubuh mujahidin IS/Da’isy (baca reportase Bilal Abdul Karim). Wallahu a’lam.
Kelak Allah menyerahkan al haq/kekuasaan-Nya kepada siapa yang Ia kehendaki. “Artinya kelak Allah akan menakdirkan munculnya khilafah sejati, Daulah Islamiah sejati, Khilafah ala minhaji Nubuwwah,dan memberikan kepemimpinan kepada imam Muhammad bin Abdullah al-Mahdi. Dengan demikian sebenarnya kemunculan daulah palsu albaghdadi ini adalah ujian bagi kaum mukmin, apakah mereka mau bersabar mengikuti sunnah dan menjauhi bid’ah dan syubhat walaupun nampaknya memukau dan menyilaukan pandangan.
Maka yang menjadi kewajiban atas para pemuda tersebut untuk melepaskan diri mereka dari pengaruh para provokator, dan hendaklah mereka ruju’ kepada apa yang datang dari Allah ‘Azza Wa Jalla dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam dalam setiap tindak-tanduk mereka. Karena pada keduanya ada keterjagaan, keselamatan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Dan hendaknya mereka juga ruju’ kepada para ulama yang senantiasa menasihati mereka dan kaum muslimin. Diantara contoh keselamatan dari kesesatan karena ruju’ kepada para ulama adalah sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya (191) dari Yazid Al Faqir, ia berkata:

كنتُ قد شَغَفَنِي رأيٌ من رأي الخوارج، فخرجنا في عِصابةٍ ذوي عدد نريد أن نحجَّ، ثمَّ نخرجَ على الناس، قال: فمررنا على المدينة فإذا جابر بن عبد الله يُحدِّث القومَ ـ جالسٌ إلى ساريةٍ ـ عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: فإذا هو قد ذكر الجهنَّميِّين، قال: فقلتُ له: يا صاحبَ رسول الله! ما هذا الذي تُحدِّثون؟ والله يقول: {إِنَّكَ مَن تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ}، و {كُلَّمَا أَرَادُوا أَن يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا}، فما هذا الذي تقولون؟ قال: فقال: أتقرأُ القرآنَ؟ قلتُ: نعم! قال: فهل سمعت بمقام محمد عليه السلام، يعني الذي يبعثه فيه؟ قلتُ: نعم! قال: فإنَّه مقام محمد صلى الله عليه وسلم المحمود الذي يُخرج اللهُ به مَن يُخرج. قال: ثمَّ نعتَ وضعَ الصِّراط ومرَّ الناس عليه، قال: وأخاف أن لا أكون أحفظ ذاك. قال: غير أنَّه قد زعم أنَّ قوماً يَخرجون من النار بعد أن يكونوا فيها، قال: يعني فيخرجون كأنَّهم عيدان السماسم، قال: فيدخلون نهراً من أنهار الجنَّة فيغتسلون فيه، فيخرجون كأنَّهم القراطيس. فرجعنا، قلنا: وَيْحَكم! أَتَروْنَ الشيخَ يَكذِبُ على رسول الله صلى الله عليه وسلم؟! فرجعنا، فلا ـ والله! ـ ما خرج منَّا غيرُ رَجل واحد، أو كما قال أبو نعيم
Dulu aku pernah terpengaruh dan begitu menyukai suatu pemikiran dari pemikiran Khawarij, lalu kami keluar bersama sekelompok orang banyak untuk berhaji. Kami pun keluar bersama orang-orang. Kemudian tatkala kami melewati Madinah, kami mendapati Jabir bin ‘Abdillah tengah duduk di tengah para musafir untuk mengajarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau menyebutkan tentang Al Jahannamiyun (orang-orang yang dikeluarkan dari neraka). Aku pun berkata kepada Jabir bin ‘Abdillah, ‘Wahai shahabat Rasulullah, apa yang sedang kau katakan ini? Bukankah Allah berfirman (yang artinya): Wahai Rabb kami, sesungguhnya siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan dia” (QS. Ali ‘Imran: 192). Allah juga berfirman (yang artinya): “Setiap kali mereka (para penghuni neraka) hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya” (QS. As-Sajdah: 20). Lalu apa yang kalian katakan ini?”. Maka Jabir bin ‘Abdillah pun berkata, “Apakah kau membaca Al Quran?”. Aku menjawab, “Ya”. Jabir berkata, “Lantas apakah kau mendengar tentang kedudukan Muhammad ‘alaihis salam? Yakni kedudukan yang beliau diutus kepadanya?”.Aku menjawab, “Ya”.Jabir “Maka sesungguhnya itulah kedudukan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang terpuji, yang dengan sebabnya lah Allah mengeluarkan orang yang dikeluarkan dari neraka”.Kemudian Jabir menjelaskan tentang letak shirath dan bagaimana manusia melintasinya. Aku khawatir tidak menghafalnya semua penjelasannya. Hanya saja Jabir mengatakan bahwa ada orang-orang yang dikeluarkan dari neraka setelah mereka berada di dalamnya, dia mengatakan, “Lalu mereka dikeluarkan (dari neraka) seakan-akan mereka itu potongan kayu dan biji-bijian kering yang telah dijemur, lalu mereka dimasukkan ke sebuah sungai dari sungai-sungai surga dan mereka dicuci di situ, lalu dikeluarkan lagi seakan-akan mereka itu kertas yang putih”.Lalu kami pun ruju’, kami mengatakan kepada sesama kami, “Celakalah kalian! Apakah kalian pikir Syaikh (yaitu Jabir bin ‘Abdillah) telah berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Dan kami pun ruju’, dan demi Allah, tidaklah ada yang keluar dari kelompok kami kecuali seorang lelaki saja. Atau kira-kira demikian yang dikatakan oleh Abu Nu’aim” (HR. Muslim)

Abu Nu’aim di sini adalah Al Fadhl bin Dukain, ia adalah salah seorang perawi hadits ini. Hadits ini menunjukkan bahwa kelompok yang disebutkan di dalamnya telah mengagumi pemikiran Khawarij, yaitu mengkafirkan pelaku dosa besar dan meyakini mereka kekal di neraka. Namun dengan bertemunya mereka dengan Jabir radhiyallahu’anhu dan dengan penjelasan beliau, akhirnya mereka kemudian mengikuti bimbingan Jabir kepada mereka lalu meninggalkan kebatilan yang mereka pahami. Mereka juga tidak jadi melancarkan pemberontakan yang sudah mereka rencanakan akan dilakukan setelah haji. Inilah faidah terbesar yang akan didapatkan oleh seorang Muslim jika ia ruju’ kepada ulama.
Bahaya ghuluw (berlebih-lebihan) dalam beragama dan menyimpang dari kebenaran serta menyelisihi pendapat ahlussunnah wal jama’ah juga ditunjukkan oleh sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berikut ini, dari hadits Hudzaifah radhiyallahu’anhu,

إنَّ أخوفَ ما أخاف عليكم رجل قرأ القرآن، حتى إذا رُئيت بهجته عليه وكان ردءاً للإسلام، انسلخ منه ونبذه وراء ظهره، وسعى على جاره بالسيف ورماه بالشرك، قلت: يا نبيَّ الله! أيُّهما أولى بالشرك: الرامي أو المرمي؟ قال: بل الرامي
Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kalian adalah orang yang membaca Al-Qur’an, yaitu ketika telah terlihat cahaya dalam dirinya dan menjadi benteng bagi Islam, ia pun berlepas diri dari Al Qur’an dan membuangnya di belakang punggungnya. Lalu ia berusaha memerangi tetangganya dengan pedang dan ia menuduh tetangganya itu telah syirik. Aku (Hudzaifah) berkata: ‘Wahai Nabi Allah, (dalam keadaan ini) siapakah yang berbuat syirik, apakah yang menuduh atau yang tertuduh?’. Beliau bersabda: ‘yang menuduh’” (HR. Al-Bukhari dalam At-Tarikh, Abu Ya’la, Ibnu 
Hibban dan Al-Bazzar, lihat Silsilah Ash Shahihah karya Al-Albani no. 3201).

Ketahuilah daulah al-Baghdadi ini adalah tipuan iblis, muncul di penghujung fase mulkan jabbriyah , sebelum masuknya fase khilafah ala minhaji nubuwwah. Jadi banyak kaum muslimin yang terjebak, terjerumus kepada tipuan iblis ini, terutama anak-anak muda, orang-orang jahil dan kaum takfirinya.
Kira-kira delapan sifat/kriteria secara bersatu terkumpul pada mereka, tidak terkumpul pada selain mereka. Semua kelompok selain mereka (ISIS) paling tidak mereka tidak memiliki (mendirikan) negara, tidak terkecuali Taliban, mereka tidak merangkum seluruh sifat tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu/informasi tentang berbagai peristiwa masa depan tidak seluruhnya batil/palsu, dan tidak harus disyaratkan keshahihan sanad selama bukti peristiwanya di pentas kejadian riil, dan terkumpul secara lengkap pada ISIS.
Semua keterangan yang kami berikan adalah untuk menunjukkan bahwa ISIS/DA’ESY dan yang sebangsanyalah lah yang dimaksud Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam sebagai khawarij di zaman kini. Tidak ada yang lain. Insya Allah.
Lihat
(Oleh: Abu Rabbani Abdullah,SS Lihat Khilafah)

0 komentar:

Posting Komentar

ŀ